5 Tips bagi Orang Tua untuk Mengasuh Anak dengan Gangguan Belajar

5 Tips bagi Orang Tua untuk Mengasuh Anak dengan Gangguan Belajar
Oleh: dr. Suryadi Limardi
Apakah anak Anda terdiagnosis mengalami gangguan belajar atau learning disability? Gangguan belajar merupakan kelompok disabilitas dimana anak mengalami masalah dalam mengolah informasi ataupun menghasilkan keluaran informasi, seperti membaca ataupun berbicara walaupun memiliki tingkat intelegensi yang normal. Kelainan ini dapat membuat anak tak mampu untuk membaca, mengeja, menulis, ataupun menata informasi.
Mengajari dan menghadapi anak dengan gangguan belajar merupakan tantangan yang berat bagi orang tua karena anak memerlukan perhatian khusus dalam proses pembelajarannya. Selain itu, anak juga cenderung mengalami gangguan perilaku yang menambah tingkat kesulitan dalam pengasuhannya. Orang tua dengan anak yang mengalami disabilitas lebih rentan mengalami gangguan fisik, emosional, serta masalah kejiwaan dibandingkan orang tua pada umumnya. Apakah anda mengalami masalah dalam mengasuh anak berkebutuhan khusus ini? Berikut adalah tips bagi para orang tua agar mengasuh anak dengan gangguan belajar menjadi lebih mudah dan menyenangkan bagi Anda.
1. Sadari bahwa anak dengan gangguan belajar membutuhkan pendekatan yang unik dan perhatian yang lebih
Berbeda dengan teman sebayanya, anak dengan gangguan belajar mengalami gangguan pada struktur dan fungsi otak yang membuat mereka sulit untuk memahami ataupun mengeluarkan informasi yang diterima. Oleh karena itu, komponen penting dalam proses pembelajaran yang efektif untuk anak-anak ini adalah pendekatan yang terindividualisasi, pemberian umpan balik, serta bimbingan, penilaian, dan latihan secara terus menerus. Proses ini memerlukan waktu yang lama untuk membentuk pola pembelajaran anak. Partisipasi orang tua dalam proses ini pun sangatlah penting agar proses pembelajaran dapat berjalan secara berkelanjutan. Buatlah suasana pembelajaran anak menjadi lebih menyenangkan dengan meminta anak membacakan buku cerita yang mudah dibaca ataupun berhitung sambil bernyanyi. Dengan menyadari bahwa anak-anak tersebut memiliki kebutuhan yang berbeda dengan teman sebayanya, orangtua dapat menyesuaikan pendekatan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan anak. Nikmatilah setiap proses pembelajaran yang dilalui oleh anak.
2. Carilah dukungan dari orang-orang terdekat Anda
Menghadapi anak yang mengalami disabilitas memberikan berbagai tantangan bagi orang tua seperti beban finansial ekstra, menghadapi perilaku bermasalah anak, dan stigma sosial akibat disabilitas tersebut. Kesulitan yang dihadapi membuat orang tua cenderung merasa terisolasi, stres, dan dikucilkan. Disaat inilah Anda perlu mencari dukungan untuk Anda dan keluarga Anda. Orang tua yang memiliki dukungan sosial yang baik akan menghasilkan perilaku mengasuh yang lebih positif dan dapat menurunkan tingkat stres dalam mengasuh anak. Mulailah dengan orang terdekat anda hingga lingkup yang lebih luas. Dukungan dari orang tua lain yang menghadapi permasalahan yang sama juga terbukti efektif dalam menurunkan tingkat stres orang tua yang memiliki anak dengan disabilitas.
3. Bekerjasamalah dengan petugas profesional
Penanganan anak dengan gangguan belajar memerlukan pendekatan multidisiplin oleh para profesional seperti dokter, ahli audiologi, ahli terapi fisik dan okupasi, serta psikolog. Ingatlah bahwa Anda tidak sendiri dalam menghadapi masalah ini. Selain itu, mengingat bahwa mengasuh anak dengan gangguan belajar memberikan stres emosional dan beban psikis yang lebih bagi orangtua, Anda tak perlu ragu untuk berkonsultasi dengan dokter ataupun psikolog anda mengenai apa yang anda rasakan dan kesulitan yang anda hadapi, serta bersama-sama mencari solusi untuk menghadapi kesulitan tersebut.
4. Rawatlah diri Anda dan sempatkanlah waktu untuk bersantai
Merawat diri perlu menjadi prioritas bagi orang tua yang mengasuh anak dengan disabilitas. Anda perlu untuk merawat diri anda sendiri dengan baik sebelum anda dapat merawat anak Anda, bukan? Sempatkanlah diri dan pasangan Anda untuk pergi keluar dan bersenang-senang. Lakukanlah apa yang menjadi hobi Anda. Mengasuh anak berkebutuhan khusus memerlukan energi yang lebih, sehingga Anda juga perlu menyempatkan waktu yang cukup untuk beristirahat.
5. Ingatlah bahwa Anda telah memberikan yang terbaik bagi anak Anda
Menjadi orang tua merupakan peran yang sulit dan menjadi orang tua bagi anak berkebutuhan khusus merupakan pekerjaan yang jauh lebih rumit. Kebanyakan orang tua menempuh berbagai cara untuk membantu anak mereka berkembang semaksimal mungkin, namun tetap merasa khawatir bahwa mereka belum memberikan usaha yang cukup ataupun memberikan yang terbaik. Ingatlah bahwa apa yang telah anda berikan untuk anak Anda merupakan pilihan terbaik yang anda dapat berikan dalam situasi sulit ini. Anda telah menjadi orang tua terbaik bagi anak Anda ketika Anda menginginkan mereka untuk berkembang menjadi pribadi dengan potensi yang maksimal di kemudian hari. Ingatlah untuk selalu semangat dan optimis!
Referensi
1. Handler S, Fierson W. Joint-technical report-learning disabilities, dyslexia, and vision. Pediatrics. 2011;127(3):e818-56.
2. Rimrodt S, Lipkin P. Learning disabilities and school failure. Pediatr Rev. 2011;32(8):315–24.
3. Ha J, Greenberg J, Seltzer M. Parenting a child with a disability:the role of social support for African American parents. Fam Soc. 2011;92(4):405–11.
4. Taderera C, Hall H. Challenges faced by parents of children with learning disabilities di Opuwo, Namibia. Afr J Disabil. 2017;6(0):a283.
5. Bray L, Carter B, Sanders C, Blake L, Keegan K. Parent-to-parent peer support for parents of children with disability:a mixed method study. Patient Educ Couns. 2017;100:1537–43.
6. Lack D. Another joint statement regarding learning disabilities, dyslexia, and vision-a rebuttal. Optometry. 2010;81(10):533–43.
7. Kamaruddin K, Abdullah C, Idris M. Parental stress in parents of children with learning disabilities: a limited demographic factors. Int Rev Manag Mark. 2016;6(S7):221–5.
8. Smith S. What do parents of children with learning disabilities, ADHD, and related disorders deal with? Pediatr Nurs. 2002;28(3):254–7.