Apakah Anak Saya Anak yang Pemalas?

Oleh: dr. Michelle Husin

Perkembangan seorang anak selain dipengaruhi oleh kemampuan berpikir (daya kognitif) anak juga dipengaruhi oleh lingkungan dan stimulasi. Jika seorang anak telah mendapat cukup stimulasi seperti dibimbing untuk belajar oleh orang tua, diperlihatkan dengan video edukasi, diberikan mainan-mainan yang dapat membantu stimulasi otak, diikutsertakan dalam kursus namun masih mengalami keterlambatan belajar dibandingkan teman-teman sebayanya jangan cepat menarik kesimpulan bahwa anak tersebut anak yang ‘pemalas’ atau ‘bodoh’. Sebaliknya orang tua perlu mewaspadai adanya kondisi learning disabilities atau gangguan belajar pada anak.

Seberapa banyak anak yang mengalami gangguan belajar?

Gangguan belajar (learning disabilities) merupakan suatu kondisi pada anak dimana anak mengalami kesulitan dalam memahami matematika dan pelajaran tertulis lainnya. Salah satunya dapat berupa gangguan membaca dan disleksia. Anak yang mengalami gangguan belajar memiliki kemampuan berpikir dan kecerdasan yang normal namun memiliki kemampuan akademis di bawah rata-rata dibandingkan teman sebayanya. Prevalensi dari gangguan belajar pada anak berumur 6 – 11 tahun di Amerika diperkirakan mencapai 5% – 10%. Angka tersebut cukup tinggi jika dibayangkan yaitu 5 – 10 dari 100 anak dapat mengalami kondisi tersebut. Gangguan belajar dapat berlanjut hingga anak menjadi remaja dan dewasa.

Bagaimana mengetahui seorang anak mengalami gangguan belajar?

Langkah yang paling penting adalah mengenali tanda bahwa anak mengalami gangguan belajar. Tidak jarang ketidaktahuan akan adanya masalah gangguan belajar mengakibatkan hubungan anak dan orang tua yang kurang harmonis. Seringkali seorang anak dicap ‘pemalas’ atau ‘bodoh’ akibat mengalami gangguan belajar. Kunci utama untuk mengenali adanya kondisi gangguan belajar adalah perhatian dari orang tua, dimana orang tua paling memahami apakah anak telah mendapat cukup stimulasi dan bimbingan belajar atau memang mengalami gangguan belajar. Sebagai orang tua tidak mudah untuk mengakui bahwa anak mengalami gangguan belajar. Namun hal tersebut perlu kita buang jauh-jauh karena bimbingan yang diberikan secara dini merupakan kunci untuk membantu anak-anak yang mengalami gangguan belajar.

Tanda-tanda awal seorang anak mengalami gangguan belajar:

  • Tidak tertarik dengan sekolah
  • Cemas ketika harus bersekolah
  • Kesulitan belajar membaca
  • Sering diejek oleh teman-teman akibat kurang pintar
  • Membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan anak lain untuk mengerjakan pekerjaan rumah

Apa saja dampak dari gangguan belajar?

Jika dibiarkan, masalah gangguan belajar dapat menyebabkan:

  • Nilai di sekolah jelek
  • Anak suka membolos
  • Anak sering dihukum oleh guru
  • Tidak naik kelas
  • Pindah sekolah
  • Putus sekolah
  • Gangguan psikologis seperti minder, merasa ‘bodoh’, mudah menyerah, tidak akur dengan orang tua, melakukan bullying

Jika terdapat tanda-tanda tersebut seorang anak dapat dibawa untuk dikonsultasikan dengan dokter spesialis anak atau bagian tumbuh kembang. Sebaiknya jangan dibiarkan hingga mengalami kesulitan mengikuti pelajaran di sekolah karena kondisi tersebut umumnya sudah merupakan proses lebih lanjut dari kondisi gangguan belajar pada anak dan dapat memberikan dampak psikologis terhadap anak.

Referensi

  1. Altarac M, Saroha E. Lifetime Prevalence of Learning Disabilities Among US Children. American Academy of Pediatrics; 2007(9) Suppl: S77-83.
  2. Rimrodt SL, Lipkin PH. Learning Disabilities and School Failure. American Academy of Pediatrics 2011;32(8):315-23.