Prestasi Anak di Sekolah Cenderung Buruk? Waspadai Adanya Learning Disabilities pada Anak!

Oleh: dr. Caroline Claudia

Prestasi akademik menjadi kekhawatiran orang tua ketika anak memasuki usia sekolah. Pada beberapa kasus, orang tua menghadapi anak yang tetap memperoleh nilai yang buruk walaupun usaha yang dikerahkan dalam belajar sudah dianggap maksimal. Perlu diwaspadai bahwa pada kasus seperti ini, tidak selalu gangguan motivasi atau keterbatasan kemampuan anak yang menjadi penyebabnya. Namun, ada kemungkinan anak mengalami gangguan dalam proses belajar yang disebut learning disabilities (LD) atau ketunaan dalam belajar.

Apa itu Learning Disabilities (LD)?

Learning disabilities (LD) merupakan suatu kondisi khusus yang terjadi dan menetap seiring dengan perkembangan anak. Ketunaan ini mengganggu kemampuan dasar seperti membaca, menulis, berbahasa, berhitung, mengingat, atau memahami suatu konsep. Anak dengan LD tetap mengalami kesulitan belajar meskipun memiliki akses ke sarana pendidikan yang baik, IQ yang normal, motivasi dan usaha belajar yang baik, serta memiliki kondisi fisik dan mental yang sehat. LD merupakan penyebab utama prestasi akademik yang buruk dimana terjadi pada 5-15% anak usia sekolah dan umumnya muncul pada usia 8-12 tahun. Dalam jangka panjang, LD dapat menimbulkan gangguan dalam aktivitas sehari-hari, pendidikan, serta pekerjaan.

Apa penyebab LD?

Sampai saat ini penyebab terjadinya LD belum diketahui dengan pasti. Beberapa hal yang diperkirakan berperan dalam terjadinya LD adalah faktor genetik, gangguan pada fungsi neurologis yang belum teridentifikasi, serta masalah pada proses kehamilan dan persalinan.

Apa sajakah jenis dari LD?

Terdapat 3 janis LD yang bersifat spesifik dan sering terjadi, yaitu disleksia, disgrafia, dan diskalkulia.

  1. Disleksia

80% anak dengan LD mengalami disleksia yang mempengaruhi kemampuan membaca dan berbahasa. Anak dengan disleksia akan mengalami kesulitan dalam menghubungkan huruf, mengeja, melafalkan abjad, mempelajari kosa kata, dan gangguan dalam kecepatan membaca sehingga anak berbicara dengan kecepatan yang lambat, sulit untuk mengerti perkataan orang lain, dan kesulitan menyusun kata. Anak juga cenderung membutuhkan konsentrasi dan energi yang lebih ketika membaca sehingga membaca dianggap sebagai aktivitas sulit dan melelahkan.

  1. Disgrafia

Pada usia sekolah, anak dituntut untuk menulis catatan serta mengerjakan tugas dan ujian tertulis yang membutuhkan kemampuan menulis dan tulisan yang baik. Disgrafia merupakan gangguan dalam menyusun dan menuliskan ide yang ada di pikiran menjadi suatu bentuk tulisan yang rinci, urut, dan terstruktur. Anak dengan disgrafia memiliki tulisan tangan yang buruk dan memiliki banyak kesalahan dalam struktur kalimat, ejaan, dan tanda baca. Ketika diminta untuk menuangkan ide dalam bentuk tulisan, anak cenderung menuliskan ide secara tidak urut, mengulangi kalimat sederhana, menggunakan kalimat yang pendek, serta anak lebih fokus untuk mengkoreksi kesalahan tanda baca, struktur kalimat, dan kesalahan pengejaan dibandingkan menyusun ide dan menyelesaikan tugas yang diberikan.

  1. Diskalkulia

Diskalkulia adalah gangguan dalam menggunakan bilangan matematika serta berkaitan dengan kemampuan visuo-spasial. Anak sulit untuk mengerti konsep aritmatik dasar, seperti angka dan simbol matematika, kesulitan menyalin bentuk angka dengan benar, kesulitan mengikuti langkah kerja yang urut, kesulitan dalam bidang arah dan orientasi, serta gangguan ingatan jangka panjang.

Ketiga jenis LD ini dapat terjadi bersamaan. Selain itu, LD dapat terjadi bersamaan dengan gangguan lain seperti gangguan atensi, gangguan obsesi kompulsi, gangguan cemas, gangguan perilaku, gangguan konduksi, dan juga depresi.

Apa akibat yang ditimbulkan oleh LD?

Akibat yang ditimbulkan oleh LD dapat menetap sampai pada usia dewasa karena membaca, menulis, dan berhitung merupakan kemampuan dasar yang penting untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Anak dengan LD dapat mengalami berbagai masalah di masa depan yang menyebabkan kurangnya motivasi dan perkembangan akademik, serta self-efficacy yang rendah. Anak dengan self-efficacy yang rendah cenderung menunjukkan usaha yang lebih rendah dan menghindari tugas yang lebih menantang. Self-efficacy memiliki hubungan yang positif dengan prestasi belajar. Selain itu, anak dengan LD juga dapat menghadapi keterbatasan dalam memperoleh pekerjaan.

Apa yang harus orangtua lakukan apabila anak menunjukkan gejala LD?

Pada sebagian besar kasus, LD tidak terdeteksi sampai anak mengalami kesulitan yang nyata pada usia sekolah. Ketika sekolah, anak mungkin menunjukkan kesulitan mengingat kata, membaca, mengeja, dan menulis. Gejala LD umumnya ditemukan oleh orangtua ataupun guru di sekolah. Anak dengan kecurigaan LD harus dikonsultasikan sedini mungkin kepada tim dokter untuk dilakukan pemeriksaan medis lebih lanjut dan dilakukan evaluasi di bidang pendidikan. Karena LD bersifat menetap, maka tidak terdapat terapi untuk menyembuhkannya. Fokus terapi hanya untuk melatih kemampuan dan mekanisme kompensasi sesuai dengan usia agar anak dapat menjalankan aktivitas sehari-hari.

Referensi

  1. Singh S, Sawani V, Deokate M, Panchal S, Subramanyam AA, Shah HR, dkk. Specific learning disability: A 5 year study from India. Int J Contemp Pediatr. 2017;4(3):863–8.
  2. Lagae L. Learning disabilities: Definitions, epidemiology, diagnosis, and intervention strategies. Pediatr Clin North Am. 2008;5:1259–68.
  3. Al-Mahrezi A, Al-Futaisi A, Al-Mamari W. Learning disabilities: Opportunities and challenges in Oman. Sultan Qaboos Univ Med J. 2016;16(2):e129–31.
  4. Seyed S, Salmani M, Nehzad FM, Noruzi R. Self-efficacy, achievement motivation, and academic progress of students with learning disabilities: A comparison with typical students. Middle East J Rehabil Health. 2017;4(2):e44558.
  5. Handler SM, Fierson WM. Joint Technical Report–Learning Disabilities, Dyslexia, and Vision. American Academy of Pediatrics. 2011;127(3):e818–56.
  6. Manitoba Education and Advanced Learning School Program Division. Supporting Inclusive Schools: Addressing the Needs of Students with Learning Disabilities. Winnipeg: Manitoba Education and Training; 2015.
  7. The definition, identification, and cause of specific learning disabilities: A literature review. [Internet]. [dikutip 26 Oktober 2018]. Tersedia pada: https://digitalcommons.usu.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1434&context=gradreports
  8. What are some signs of learning disabilities? [Internet]. [dikutip 26 Oktober 2018]. Tersedia pada: https://www.nichd.nih.gov/health/topics/learning/conditioninfo/sig