Pentingnya Memahami Gangguan Belajar pada Anak

Oleh: dr. Joko Kurniawan, M.Sc, Sp.A

Anak Anda mengalami kesulitan memahami pelajaran di sekolah? Atau mungkin rasa takut saat diminta membaca keras? Kerap menghindari pelajaran matematika? Bilamana anak Anda seringkali berkutat pada masalah tugas di sekolahnya, sebaiknya Anda harus waspada karena jangan-jangan anak Anda mengalami gangguan belajar.

Gangguan belajar merupakan keluhan yang paling sering terjadi pada anak usia sekolah terutama usia 6-17 tahun. Di Amerika Serikat, diperkirakan 5-10% anak usia sekolah mengalami gangguan belajar. Angka ini sangat mungkin lebih besar lagi pada kenyataannya karena tidak semua orang tua menganggap perlu datang ke dokter untuk memeriksakan gangguan belajar yang terjadi.

Kita perlu membedakan antara gangguan belajar dengan kesulitan belajar dimana gangguan belajar berhubungan dengan disfungsi perkembangan sistem saraf pusat; sementara kesulitan belajar dapat terjadi karena dipengaruhi oleh banyak faktor seperti gangguan pendengaran, masalah prilaku, emosional, termasuk gangguan perhatian. Karakteristik dasar dari gangguan belajar adalah adanya ketidaksesuaian antara kemampuan dengan pencapaian atau nilai akademik (ketidaksesuaian tes IQ dengan tes kemampuan akademik membaca, menulis, matematika, dsb).

Gangguan belajar meliputi semua hal yang berhubungan dengan proses belajar-mengajar dimana terjadi gangguan atau ketidakmampuan satu atau lebih dari ketrampilan:

  1. Mendengarkan (listening)
  2. Berbicara (speaking)
  3. Membaca (reading)
  4. Tanya jawab (reasoning)
  5. Matematika (arithmatics numbering and mathematics calculation)
  6. Menulis (writing)

Anak dengan gangguan belajar praktis tidak memiliki masalah dengan kepandaian atau motivasi belajar, mereka bukanlah anak yang malas bahkan pada kenyataannya anak dengan gangguan belajar sama pandainya dengan anak yang tidak memiliki gangguan belajar, yang membedakannya adalah bagaimana cara menerima dan melakukan proses informasi yang mereka terima.

Yuk, kita sama-sama ketahui apa saja yang termasuk gangguan belajar itu.

Gangguan belajar spesifik terdiri dari disleksia (gangguan membaca), disgrafia (gangguan menulis), dan diskalkulia (gangguan matematika). Gangguan tersebut dapat terjadi sendiri/tunggal ataupun bersamaan pada satu individu.

Disleksia merupakan gangguan belajar yang paling sering terjadi yaitu sekitar 80% dari seluruh anak yang teridentifikasi. Anak dengan disleksia memiliki masalah membaca, kesulitan dalam memahami, berucap, dan menulis. Beberapa dari mereka juga mengalami kesulitan dalam mengingat, memusatkan perhatian dan kemampuan berorganisasi. Hal ini terjadi karena defisit komponen bahasa sebagai dampak gangguan perkembangan saraf otak.

Berbeda dengan disleksia, disgrafia merupakan gangguan belajar yang seringkali terlambat terdeteksi jika berdiri sendiri. Anak dengan disgrafia mengalami kesulitan mengekspresikan bahasa tulis, masalah dalam hal tulisan tangan dan atau berucap. Menulis merupakan hal yang sangat melelahkan bagi penderita disleksia.

Diskalkulia merupakan gangguan belajar spesifik pada bidang matematika. Anak dengan diskalkulia mengalami kesulitan dalam memahami angka, memanipulasi angka dan pelajaran matematika di sekolah (termasuk berhitung sederhana). Sekali lagi perlu diingat, bahwa pada gangguan belajar tidak ada masalah dalam hal kepandaian anak.

Mengapa anak yang mengalami gangguan belajar perlu mendapat perhatian?

Anak yang mengalami gangguan belajar akan mengalami masalah emosi dan tingkah laku di antaranya hilangnya rasa percaya diri, malu dan tidak bersemangat sehingga memperburuk prestasi belajar di sekolah dan menimbulkan trauma seumur hidup. Oleh karena itu gangguan belajar pada anak perlu dideteksi secara dini sehingga potensi belajarnya dapat optimal.

Deteksi dini umumnya sudah dapat dilakukan pada anak di bawah usia 1 tahun. Orang tua harus waspada bila anaknya mengalami kesulitan mendengar suara, kesulitan mengenali suara, kesulitan menyebut huruf/angka, kesulitan mengingat bentuk huruf/angka, atau kesulitan mengucapkan kata sederhana. Jika orang tua menemukan salah satu masalah di atas sebaiknya segera konsultasikan anak Anda ke dokter spesialis anak supaya dapat dilakukan intervensi dini.

Berbagai metode dan alat bantu dalam proses belajar sudah banyak dikembangkan untuk anak dengan gangguan belajar. Sekalipun penyebab utamanya adalah gangguan dalam saraf otak dan bersifat seumur hidup namun beberapa penelitian sudah membuktikan bahwa intervensi dini terbukti dapat mengoptimalkan gangguan belajar pada anak.

Referensi

1. Skrining gangguan belajar pada anak dengan diagram tata laksana (algoritma). In: Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati ED, et al., editors. Pedoman pelayanan medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2 ed. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2011. p. 280-4.

2. Taylor HG, Klein N, Anselmo MG, Minich N, Espy KA, Hack M. Learning problems in kindergarden students with extremely preterm birth. Arch Pediatr Adolesc Med. 2011;165(9):819-25.

3. Kemp G, Smith M, Segal J. Learning disabilities and disorders. In: Helpguide.org, editor. 2017.

4. Understanding learning difficulties A guide for parents. In: Associations TAFoS, editor.; South Perth. 2015.

5. Hargreaves H, Rowbotham M, Philips M. A handbook on learning disabilities. In: services Osmocay, editor.; Ontario. 2009. p. 1-33.